Curhatku, Si Plastik Bungkus Roti

Foto dokumen pribadi Dewi

Betapa senangnya hatiku, akhirnya tangan kecil itu mengambilku. Dengan lahap dimakannya roti yang ada di dalamku. Sepertinya dia memang sedang kelaparan. Setelah makan, anak manis berbaju putih merah ini pun bergegas berangkat ke sekolah. Tiba-tiba, pluuukk.. dibuangnya diriku. Begitu saja di pinggir jalan. “Hei,” teriakku, “kenapa kau buang aku di sini, kenapa bukan di tempat sampah..?” Meskipun suara teriakanku begitu kencang, tapi si manis itu tetap mengacuhkanku dan semakin menjauh.

Foto dokumen pribadi Dewi

Dan di sinilah aku sekarang. Di pinggir jalan, terinjak banyak kaki sampai badanku sakit semua. Beberapa bagian tubuhku bahkan koyak tak karuan. Tak berapa lama, aku mendapat teman baru. Si putih bening yang baru dibuang seorang bapak yang mengendarai mobil. Makin siang, teman yang kami dapatkan semakin banyak. Ada yang warnanya hitam, kuning, merah dan hijau. Ada yang berukuran sangat besar, ada yang sangat kecil. Nasib kami sama, tadinya sangat membantu manusia dan kini teronggok begitu saja, sia-sia.

Kata si hitam, “Coba kalau manusia membuang kita pada tempat sampah, tidak sembarangan seperti ini. Tentu nasib kita akan lebih baik.” Sergah si mungil hijau, “Lho, memangnya kenapa, bukannya sama saja..?” Pelan si hitam pun menjelaskan, “Tentu saja tidak. Jika kita dibuang di tempat sampah, kemungkinan kita akan kembali berguna bagi mereka. Dibawa ke tempat pembuangan sampah akhir, lalu diseleksi di sana oleh para pengolah sampah. Kemudian kita akan dibawa ke pabrik pengolahan sampah plastik. Diolah lagi menjadi plastik, entah dalam bentuk yang sama seperti sekarang atau dalam bentuk lain yang lebih bagus. Dengan begitu, kita akan terus berguna bagi manusia sepanjang hidup kita. Tidak seperti sekarang. Hanya digunakan sekali dan  selanjutnya sia-sia sepanjang sisa hidup kita. Bahkan kita kadang dianggap biang kekotoran dan merusak keindahan.”

“Iya ya,” sergah si kuning. “Padahal umur kita jauh lebih panjang daripada umur manusia. Jika manusia hanya akan bertahan beberapa puluh tahun, kita bertahan selamanya. Sayang sekali dalam umur yang sepanjang itu, kita hanya berguna sekali saja bagi mereka. Hhhh, andai saja mereka membuang kita pada tempat sampah yang ada di sana yaa..” Kami pun membayangkan betapa indahnya nasib kami jika berada di tempat sampah itu. Kemungkinan untuk kami berganti-ganti bentuk, berganti tangan dan terus menerus memberikan kegunaan akan semakin besar.

Makanya, jangan salahkan kami jika nanti kami melakukan protes ya.. Jika kami terbawa angin hingga jatuh ke got, terbawa arus ke sungai dan kemudian berjumpa berjuta-juta plastik lainnya, kami akan jadi kekuatan yang menakutkan. Kami akan membuat got jadi tergenang dan menjadi sumber penyakit bagi kalian. Kami akan menyumbat aliran sungai hingga kemudian mengakibatkan banjir bagi kalian. Kami akan mencemari laut sehingga karang dan biota laut tidak mau tumbuh lagi, sehingga kalian akan kehilangan sumber protein dari laut. Jangan salahkan kami, karena itu semua bukan mau kami !!

Ahhh, andai kalian membuang kami pada tempat sampah dan memisahkannya dari sampah organik yang mudah terurai alam, tentu nasib kami tak begini. Sedih dan tak ada usaha lain yang dapat kami lakukan selain berdoa pada Tuhan, semoga ada salah satu dari kalian yang peduli. Memindahkan kami dari pinggir jalan ini ke tempat sampah yang ada di ujung gang itu.

Kini, sudah hari ke-730 kami berada di sini. Teronggok sia-sia, dengan badan yang semakin koyak. Ahhh, betapa sebalnya kami pada kalian!!. Sudah kencang suara kami teriakkan pada kalian, “Tolong kami..!” Tapi tetap kalian tak peduli.

Tapi hey, tunggu.. Pagi ini ada serombongan anak berpakaian putih merah yang datang ke sini. Mereka menyapu kami, kemudian memindahkan kami ke tempat sampah. Ahhh, senangnya.. Sebentar lagi kami akan berguna lagi..!!  Terima kasih ya.. !

* Tulisan dibuat untuk mengikuti lomba ini

12 komentar di “Curhatku, Si Plastik Bungkus Roti

  1. Salam sejahtera selalu,….
    salah satu Kebiasaan buruk manusia adalah membuang sampah sembarangan, ditempat saya malah lebih gila lagi, terdapat tong sampah, namun sampah yang sudah menumpuk didalam tong tersebut ga diangkut oleh petugas. akhirnya… sampai sekarang tertulis “dilarang buang sampah disini” tepat di atas tumpukan sampah….

    ijin tinggalin jeak gan, https://dmilano.wordpress.com/

    • Yah, beginilah kita.. masih minim kesadaran.. baik pemerintahnya maupun pribadinya.. pengetahuan tentang sampah dan akibatnya sudah punya, tapi kesadaran untuk menjadikannya tindakan nyata masih minim..
      mungkin jika ada pemilahan antara organik-non organik, sampah yang terbengkalai tersebut bisa dimanfaatkan sebagian untuk kebutuhan pupuk bagi rumahtangga sendiri ya.. jadi ndak numpuk2 tanpa guna.. 😉
      makasih kunjungannya..

  2. Saatnya memulai dari diri sendiri untuk -melakukan hal yang terkecil sekalipun- demi masa depan bumi yang lebih indah, untuk anak, cucu, cicit, selamanya….

    Salam kenal 🙂

    • hehehe, thanks lul.. menang kalah bukan tujuan, yang penting belajar keluar dari zona nyaman.. soalnya cerpen kan bukan domainku.. mudah-mudahan ada manfaat buat yang ngebacanya.. 😉

Tinggalkan Balasan ke deeadewie Batalkan balasan